Orqscc

Ruang Hidup: Pengembangan Diri untuk Gaya Hidup yang Berkualitas

Orqscc

Ruang Hidup: Pengembangan Diri untuk Gaya Hidup yang Berkualitas

Gaya Hidup

Self Diagnose Itu Boleh atau Bahaya?

Orqscc – Self diagnose itu sering terjadi pas kita lagi scroll TikTok atau Instagram, terus nemu video yang bahas gangguan mental. Misalnya, “Tanda-tanda kamu punya anxiety disorder” atau “Kalau kamu susah fokus, mungkin kamu ADHD!” Habis nonton, kamu langsung mikir, “Wah, ini gue banget! Fix gue kena nih.”

Fenomena ini makin sering terjadi karena internet bikin informasi jadi gampang diakses. Orang-orang jadi lebih sadar sama kesehatan mental. Tapi di sisi lain, banyak juga yang langsung menyimpulkan kalau mereka punya gangguan mental hanya berdasarkan informasi dari media sosial.

Ini yang disebut self diagnose alias mendiagnosis diri sendiri tanpa bantuan profesional. Memang sih, kelihatannya nggak ada salahnya, apalagi kalau tujuannya buat lebih memahami diri sendiri. Tapi, kalau dilakukan tanpa pemahaman yang benar, self diagnose bisa jadi berbahaya. Nah, di artikel ini, kita bakal bahas lebih dalam tentang pro dan kontra self diagnose.

Apa Itu Self Diagnose?

Self diagnose adalah kebiasaan seseorang untuk mendiagnosis dirinya sendiri berdasarkan informasi yang ditemukan di internet atau media sosial, tanpa konsultasi dengan psikolog atau psikiater.

Misalnya, kamu merasa gampang lelah, susah tidur, dan kehilangan semangat. Lalu, setelah baca artikel tentang depresi, kamu langsung menyimpulkan kalau kamu mengalaminya. Padahal, bisa jadi itu cuma efek dari stres, kurang tidur, atau pola hidup yang kurang sehat.

Self diagnose ini nggak cuma terjadi di kesehatan mental, tapi juga di kesehatan fisik. Misalnya, kamu sakit kepala terus-menerus, lalu setelah Googling gejalanya, tiba-tiba kamu panik karena merasa punya penyakit serius.

Tapi masalahnya, gangguan mental itu nggak bisa didiagnosis hanya dari satu atau dua gejala saja. Ada proses panjang yang harus dilakukan oleh profesional sebelum seseorang benar-benar mendapat diagnosis yang akurat.

Kenapa Banyak Orang Melakukan Self Diagnose?

Self diagnose makin populer di era internet. Ada beberapa alasan kenapa orang lebih memilih self diagnose daripada pergi ke psikolog atau psikiater:

  • Informasi Mudah Didapat

Sekarang, tinggal ketik “gejala anxiety” di Google, langsung muncul ratusan artikel yang bisa dibaca. Bahkan, media sosial seperti TikTok atau Instagram sering banget membahas tentang kesehatan mental.

  • Kurangnya Akses ke Profesional

Pergi ke psikolog atau psikiater nggak selalu mudah. Biaya konsultasi bisa mahal, dan nggak semua daerah punya fasilitas kesehatan mental yang memadai.

  • Takut Stigma dari Lingkungan

Masih banyak orang yang menganggap pergi ke psikolog berarti “gila” atau lemah. Padahal, kesehatan mental sama pentingnya dengan kesehatan fisik.

  • Penasaran dengan Diri Sendiri

Banyak orang ingin lebih memahami perasaan mereka, jadi mereka mencari informasi sendiri di internet. Ini nggak salah, tapi masalahnya adalah kalau mereka langsung menyimpulkan tanpa mencari validasi dari ahlinya.

Sisi Positif Self Diagnose

Self diagnose nggak selalu buruk. Kalau dilakukan dengan bijak, ada beberapa manfaatnya:

  • Membantu Sadar akan Kesehatan Mental

Dulu, banyak orang nggak peduli dengan kesehatan mental. Sekarang, berkat informasi yang mudah diakses, orang jadi lebih aware dan nggak lagi menganggap gangguan mental sebagai sesuatu yang tabu.

  • Bisa Jadi Langkah Awal untuk Mencari Bantuan

Setelah merasa relate dengan gejala tertentu, seseorang bisa lebih termotivasi untuk mencari bantuan profesional.

  • Menambah Edukasi tentang Kesehatan Mental

Dengan membaca lebih banyak tentang kesehatan mental, seseorang bisa lebih memahami berbagai kondisi dan cara menghadapinya.

Tapi meskipun ada sisi positifnya, self diagnose tetap punya banyak risiko jika tidak dilakukan dengan hati-hati.

Bahaya dan Kekurangan Self Diagnose

Kalau dilakukan tanpa pemahaman yang benar, self diagnose bisa menimbulkan banyak masalah. Berikut beberapa bahayanya:

  • Bisa Salah Diagnosis

Banyak gangguan mental punya gejala yang mirip. Misalnya, seseorang yang sering overthinking bisa merasa dirinya punya anxiety disorder, padahal mungkin dia hanya sedang mengalami stres ringan.

  • Membuat Seseorang Salah Menangani Dirinya Sendiri

Setelah merasa dirinya punya ADHD, misalnya, seseorang bisa langsung mencari solusi sendiri seperti mengonsumsi suplemen tertentu tanpa konsultasi. Ini berbahaya karena pengobatan gangguan mental harus dilakukan dengan cara yang tepat.

  • Fokus pada Label, Bukan Solusi

Ada orang yang setelah self diagnose malah makin merasa terjebak dalam kondisi tersebut. Misalnya, setelah merasa dirinya depresi, dia jadi makin pasrah dan nggak mencari cara untuk membaik.

  • Informasi di Internet Belum Tentu Akurat

Nggak semua artikel atau video di internet dibuat oleh ahli. Banyak informasi yang misleading atau hanya berdasarkan pengalaman pribadi seseorang, bukan berdasarkan penelitian ilmiah.

Bedanya Self Diagnose dan Diagnosis Profesional

Kalau self diagnose hanya berdasarkan informasi di internet, diagnosis dari profesional jauh lebih kompleks dan akurat. Ini beberapa bedanya:

  • Profesional Menggunakan Metode Ilmiah

Psikolog atau psikiater nggak langsung memberi diagnosis hanya dari satu atau dua gejala. Mereka melihat pola perilaku seseorang dalam jangka waktu tertentu.

  • Melibatkan Tes dan Wawancara Mendalam

Diagnosis kesehatan mental biasanya melibatkan tes psikologi dan diskusi yang lebih dalam untuk memastikan kondisi seseorang.

  • Dapat Memberikan Solusi yang Tepat

Setelah diagnosis, profesional bisa memberikan terapi atau perawatan yang sesuai dengan kondisi pasien.

Jadi, daripada hanya mengandalkan self diagnose, lebih baik mencari validasi dari ahlinya.

Jadi, Boleh atau Nggak Self Diagnose?

Self diagnose boleh saja sebagai langkah awal untuk memahami diri sendiri, tapi jangan dijadikan kesimpulan akhir. Kalau kamu merasa ada yang nggak beres dengan kesehatan mentalmu, langkah terbaik adalah cari bantuan profesional.

Gimana caranya?

  • Cerita ke orang yang dipercaya, seperti keluarga atau teman.
  • Konsultasi dengan psikolog di sekolah atau kampus (kalau ada).
  • Cari informasi dari sumber terpercaya, seperti website resmi organisasi kesehatan.
  • Jangan ragu untuk ke psikolog atau psikiater kalau memang merasa butuh.

Kesimpulan

Self diagnose bisa jadi langkah awal untuk lebih peduli pada kesehatan mental. Tapi, jangan langsung percaya dengan diagnosis sendiri tanpa konfirmasi dari ahlinya.

Kalau kamu merasa relate dengan suatu gejala, cek dulu ke profesional supaya dapat diagnosis yang tepat dan solusi yang terbaik. Jangan asal percaya informasi dari internet tanpa validasi yang benar.

Kesehatan mental itu sama pentingnya dengan kesehatan fisik, jadi jangan ragu untuk mencari bantuan kalau merasa ada yang nggak beres. Ingat, mencari bantuan itu bukan tanda kelemahan, tapi tanda bahwa kamu peduli dengan dirimu sendiri!